Jumat, 07 Agustus 2009

sahabatku

sahabatku

meletakkan aku dengan nyaman di sisinya

ia tak menuntutku membicarakan setumpuk hal bersamanya

atau melakukan sejuta jadwal dengannya

ia tak memintaku melakukan hal yang diinginkannya

ia juga tak menghakimiku untuk salahku

duduk diam di sisinya pun cukuplah

karena hati berbicara

tak perlu mulut berbuih untuk semarakkan waktu

karena waktu tetap istimewa jika aku dengannya

aku tak perlu menutupi hatiku

menebarkan senyum untuk lukaku

aku tak perlu dengar sejuta penghiburan dan nasehat

dekatnya dalam diam cukup mengobati hatiku

aku tidak butuh gaun yang berkilauan

atau bertumpuk-tumpuk emas

hanya untuk mempertahankan sahabatku

ia akan tetap duduk menemaniku dalam diamku

menikmati senja denganku

walau bukan sofa yang empuk mengalasi duduknya

karena ia sahabatku

kadang aku bertanya dalam hatiku

sudahkah aku menjadi sahabatnya?

sudahkah aku mengenal hatinya

hingga dalam diam pun aku tahu ia bicara

bahwa kami adalah sahabat

ia sahabatku